PEKANBARU, KOMPAS.com — Kualitas udara di Provinsi Riau terus memburuk. Kabut asap membuat jarak pandang turun hingga 100 meter saja. Kualitas udara dinyatakan berbahaya untuk warga. Jumlah penderita infeksi saluran pernapasan atas terus meningkat. Seharusnya para warga sudah dievakuasi.
Secara swadaya, warga mengungsikan kerabat dan keluarga yang tergolong ibu hamil, bayi, balita, dan orang sakit. Sebagian besar menggunakan jalan darat untuk evakuasi.
Pasalnya, sejumlah penerbangan distop sementara dari tanggal 13 sampai 15 Maret. Jika kabut asap makin pekat, bukan tak mungkin penghentian penerbangan ini diperpanjang.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah pusat dan daerah akan all out dalam menangani kabut asap di Riau. Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kemarin malam, menginstruksikan kembali para menteri terkait dan pemerintah daerah agar segera melakukan operasi tanggap darurat untuk mengatasi kabut asap di wilayah Riau akibat pembakaran lahan.
"Kalau dalam waktu 1-2 hari ini Pemda Riau dan para menteri tidak bisa mengatasi, kepemimpinan dan pengendalian akan saya ambil alih," katanya melalui akun Twitter.
Ini adalah kelanjutan pernyataan Presiden soal penanganan kabut asap di Riau, minggu lalu. Tepatnya, Senin (10/3/2014), dia mengkritik penanganan yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Menurut dia, penanganan belum juga memberikan hasil yang baik. Presiden menegaskan perlunya percepatan penegakan hukum terhadap para pelaku pembakaran.
Namun, sampai hari ini, situasi belum juga berubah lebih baik. Berikut ini pengamatan Tribun Pekanbaru terhadap suasana di Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, Kamis (13/3/2014).
Seorang anak bersepeda dengan menggunakan masker di Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (13/3/2014). Kabut asap yang disebabkan kebakaran lahan dan hutan tersebut semakin pekat. Pemerintah Provinsi Riau mengimbau warga untuk menggunakan masker terkait kualitas udara yang memburuk.
Post a Comment